Kisah si Tukang Kayu
Assalamu'alaikum, menumbuhkan semangat aktivitas di pagi ini dengan merenungi kisah seorang tukang kayu, artikel ini saya ambil dari blog motivasi islami, semoga bermanfaat. Mari kita simak kisahnya.
Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah
perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya
tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia
akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah
bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari
tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja
terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan
sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan
pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia
ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan
ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan
sekedarnya.
Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah
rumah terbaik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan
prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu
datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah
pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu,” katanya, “hadiah dari
kami.”
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya.
Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah
untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang
lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu
bagus hasil karyanya sendiri.
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita
yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih
berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada
bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang
terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah
kita lakukan selama ini dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah
rumah yang kita ciptakan sendiri dengan penuh ketidak sempurnaan karena
semata kelalaian kita.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula, pastilah kita akan
menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda. Renungkan bahwa kita
adalah si tukang kayu. Kehidupan yang kita jalani, tak ubahnya kita
sedang membangun sebuah rumah untuk kita tempati nanti selamanya.
Apabila kita sungguh2 dalam menjalani kehidupan ini dengan penuh
kebaikan, maka rumah yang akan kita tempatipun akan terasa nyaman, namun
apabila kita menjalani kehidupan ini dengan penuh keburukan, maka yang
kita rasakan nantipun tidak akan jauh berbeda. Apa yang bisa diterangkan
lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang
kita perbuat hari ini.
Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.
“Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri dan hasilnyapun akan dirasakan sendiri”.
Semoga kita bisa memanfaatkan sisa usia dengan penuh kebaikan.
Amin
0 komentar:
Posting Komentar